Meskipun demikian, kepada Padang Ekspres kedua tokoh ini tetang mengimbau masyarat untuk menjunjung tinggi rasa badunsanak. Karena pada dasarnya, pilwang pada tanggal 3 Juli mendatang, hanyalah sebuah pendidikan politik.
”Karena ini adalah pendidikan politik, maka anak nagari tidak boleh terpecah-belah. Sebaliknya, anak nagari harus berupaya menciptakan pilwanag yang damai. Sehingga Kabupaten Limapuluh Kota tetap menjadi barometer demokrasi di Sumbar,” kata Irfendi Arbi, Kamis (25/6).
Irfendi menambahkan, karena pilwanang adalah sebuah pendidikan politik, maka anak nagari tidak terpeca belah. Siapapun calon wali nagari yang menang atau terpilih, haruslah dihormati. ”Jangan karena pilwanag, nagari jadi retak. Semua calon yang sudah ditetapkan, harus siap menang dan siap kalah,” kata Irfendi Arbi.
Sedangkan Ferizal Ridwan yang ditemui wartawan saat membuka turnamen futsal di Nagari Ampalu bersama Irfendi Arbi, mengatakan, dalam menyukseskan pilwanang sebagai proses demokrasi di tingkat nagari, semua pihak meski menghargai perbedaan untuk satu tujuan, yakni mencapai kemakmuran rakyat.
”Jangan sampai perbedaan pilihan, membuat perpecahan antar anak nagari. Kita harus dewasa. Sebab dari dulunya, Luhak Limopuluah selalu menjadi barometer kepemimpinan dan demokrasi di Ranah Minang. Ini meski kita jaga dan pertahankan,” tukas Ferizal Ridwan.
Ditanya soal figur wali nagari yang tepat untuk memimpin masyarakat, Irfendi Arbi dan Ferizal Ridwan sama-sama mengatakan, terserah pada pilihan masyarakat. Meskipun demikian mereka berharap, 56 wali nagari yang terpilih nanti adalah sosok pelayan rakyat sejati, transparan, reformis, bisa membangun hubungan dengan semua pihak, handal menyelesaikan masalah, mampu menyatukan setiap sekat, dan konsisten menjaga adat salingka nagari. (frv)